Kita perlu melakukan pembersihan jiwa dan harus ada persiapan.
Terdiri atas dua hal sederhana:
- Memaafkan
- Berkomitmen
Yang pertama harus Anda lakukan adalah memaafkan. "Tapi saya tidak marah terhadap siapapun," jawab Anda. Ayolah. Buat daftar singkat target-target yang perlu dimaafkan. Benarkah salah satu atau beberapa kelompok berikut belum pernah membuat Anda marah atau cemburu? Belum pernah mengecewakan atau mengkhianati Anda? Belum pernah menyakiti atau menakuti-nakuti Anda? Pastinya salah satu atau beberapa darinya pernah. Jadi, yang pertama-tama Anda harus lakukan adalah memaafkan.
- Maafkan ortu Anda
- Maafkan saudara Anda
- Maafkan pasangan Anda
- Maafkan anak-anak Anda
- Maafkan anggota keluarga yang lainnya
- Maafkan teman-teman yang pernah mengecewakan Anda
- Maafkan rekan kerja Anda
- Maafkan tetangga Anda
- Maafkan orang yang berhubungan dengan Anda setiap hari
"Mengingat-ingat luka lama, membalas dendam, selalu akan membuat Anda lebih kecil dari sebenarnya"
Akan tetapi, daftar kita belum lengkap. Salah satu tindakan paling penting dalam memaafkan adalah memaafkan diri sendiri.
"Berbuat salah adalah hal biasa. Memaafkan menjadikan Anda Kaya"
Berkomitmen
Ini cerita yang terjadi pada saya beberapa tahun yang lalu. Saya tidak punya uang dan tabungan di Bank. Jujur saja saya beanr-benar boke. Saya tidak dapat membayar tagihan. Saya benar-benar stress. Saya tidak dapat memikirkan apapun siang dan malam, berminggu-minggu, berbulan-bulan. Sebagian dari Anda pernah mengalaminya khan?. Bahkan sebagian dari Anda mungkin sedang mengalaminya. Intinya adalah, kita semua pernah mengalami hal seperti itu.
Suatu hari teman saya yang kaya menegur, "Aku perhatikan kau tidak seceria biasanya. Sepertinya ada masalah berat yang mengganggumu." Saya lega sekali ada orang yang memperhatikan dan mungkin akan menolong sehingga saya mengakui apa yang saya rasakan, "Benar," jawab saya, "Aku benar-benar stress. Aku tidak punya uang. Tidak bisa membayar tagihan. Tidak bisa menabung barang serupiah pun. Uang habis dalam hitungan minggu, bahkan sering kali hari. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku takut. Aku benar-benar merasa sangat miskin sekarang ini."
Bukannya simpati, inilah yang saya dapatkan dari dia, "Kamu yang sekarang sedang bokek dan stress adalah karena kau berkomitemn terhadap keadaan tersebut. Garis bawahi berkomitmen."
"Maksudmu?" tanya saya sengit
"Yah, kau jelas berkomitmen dengan stress, hidup berkekurangan, dan miskin."
Saya tidak mempercayainya, "Kamu bercanda?" sahut saya, marah dan frsutasi. "Aku ingin Kaya. Ingin punya banyak uang. Ingin mengurus keluargaku. Ingin menyantuni sesama. Tapi aku bokek! Paham? Aku bokek!" Saya benar-benar berteriak, membantah apa yang dikatakannya, betambah frustasi dan defensif.
Lalu saya terdiam, menarik nafas dan mencoba mendengarkan dengan seksama apa yang dia katakan.
Dia mengatakan "Jika kau merokok dan tidak berhenti, berapa kali pun kau bilang akan berusaha, komitmenmu tetap terhadap roko," jelasnya dengan tenang.
"Jika kau miskin. sampai tingkatan tertentu kau berkomitmen terhadap kemiskinan. Ubah komitmenmu dan hasilnya akan berubah pula. Berkomitmenlah pada hidup yang kaya dan bahagia. Begitu kau mulai berkomitmen seperti itu, kekayaan dan kebahagiaan akan mulai datang ke kehidupanmu."
Kaya atau miskin---yang Anda miliki adalah apa yang Anda inginkan.
Lanjut part3-->